Vulvodynia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
DETIKCOY.COM – Vulvodynia adalah penyakit kronis yang memberikan rasa tidak nyaman pada vulva. Vulvodynia ditandai dengan beberapa gejala rasa seperti nyeri, rasa seperti terbakar, gatal, bengkak, rasa tidak nyaman saat duduk dan berhubungan seksual.
Meski begitu, bagi penderita Vulvodynia rasa sakitnya yang dialami dapat muncul terus menerus atau hilang-timbul dan bisa bertahan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Perlu Anda ketahui, karena suhu di area vulva cenderung lembap dan hangat maka kulit vulva rentan mengalami iritasi. Seorang wanita wanita postmenopause dan anak perempuan yang belum pubertas rentan mengalami hal ini. Pada usia tersebut, jaringan vulva menjadi lebih tipis dan kering karena kadar hormon estrogen yang rendah.
Rasa nyeri pada Vulvodynia seperti rasa ditusuk-tusuk dibarengi rasa seperti terbakar. Selain itu, nyeri saat berhubungan seksual adalah faktor psikologis yang membuat takut dan cemas untuk melakukan hubungan intim.
Bila Anda menderita Vulvodynia, Anda akan merasa takut apabila berhubungan seksual karena mereka yakin rasa nyeri tersebut muncul akibat kontak dengan organ vital penetrasi berlangsung.
Seseorang dengan Vulvodynia kadang merasakan nyeri di daerah vulva, atau mungkin terlokalisasi pada area tertentu, seperti pintu masuk vagina.
Kondisi serupa seperti vestibulitis vulva dapat menyebabkan rasa sakit hanya ketika diberikan tekanan pada daerah sekitar pintu masuk vagina. Jaringan vulva mungkin terlihat meradang atau bengkak, atau kadang juga tampak normal.
Sebelum dilakukan pemeriksaan, dokter biasanya akan mengumpulkan sebab dari nyeri yang dialami, apakah ada faktor pemicu timbulnya nyeri, lokasi dan intensitas nyeri dan sejak kapan nyeri itu muncul.
Sedangkan pada pemeriksaan organ vital, dokter akan melihat apakah ada kelainan anatomis seperti munculnya benjolan (Bartholin), inflamasi ataupun luka dan cairan putih. Kadang-kadang infeksi dapat mengawali timbulnya rasa nyeri khas Vulvodynia yang berkepanjangan.
Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk mengindikasikan apakah nyeri pada vulva disebabkan oleh bakteri. Tes laboratorium berguna untuk menilai kadar asam (pH) dan mendeteksi adanya sel bakteri atau jamur
Tes dengan hasil negatif dapat membuktikan bahwa nyeri vulva bukan disebabkan oleh infeksi dari penyakit bakterial Vaginosis.
Berikut adalah cara mengobati Vulvodynia yang bisa dilakukan, di antaranya:
Sementara itu, pada wanita yang menginjak masa menopause dan postmenopause (40 tahun keatas), terapi lidocaine ditambah krim estrogen membantu mengurangi rasa nyeri. Apabila nyeri berlangsung hingga 6 bulan atau 1 tahun lebih, maka diperlukan obat penenang (antidepresan).
Selain itu, biofeedback berguna untuk mengendurkan otot panggul, yang dapat mengantisipasi rasa sakit kontraksi yang ditimbulkannya.
Terapi fisik ini membantu mengatur kontraksi otot panggul ketika Anda berhubungan seksual agar terhindar dari rasa sakit. Meningkatnya tekanan panggul akan menimbulkan rasa nyeri, oleh karena itu terapi dasar panggul dianjurkan untuk melakukan terapi relaksasi seperti manuver kegel.
Apa Itu Vulvodynia?
Munculnya penyakit Vulvodynia memiliki kaitan dengan pengobatan vaginitis atau infeksi jamur yang berulang. Lantas, Vulvodynia apakah berbahaya? Penting untuk Anda ketahui bahwa Vulvodynia tidak menular ketika melakukan hubungan seksual.Meski begitu, bagi penderita Vulvodynia rasa sakitnya yang dialami dapat muncul terus menerus atau hilang-timbul dan bisa bertahan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Perlu Anda ketahui, karena suhu di area vulva cenderung lembap dan hangat maka kulit vulva rentan mengalami iritasi. Seorang wanita wanita postmenopause dan anak perempuan yang belum pubertas rentan mengalami hal ini. Pada usia tersebut, jaringan vulva menjadi lebih tipis dan kering karena kadar hormon estrogen yang rendah.
Penyebab Vulvodynia
Hingga kini penyebab Vulvodynia belum diketahui dengan pasti. Namun terdapat beberapa faktor-faktor yang diduga berkontribusi terhadap penyakit Vulvodynia, di antaranya:- Terlalu lama duduk
- Perubahan hormon.
- Gangguan saraf.
- Kejang otot.
- Konsumsi antibiotik terlalu sering.
- Sering menggunakan celana ketat.
- Adanya infeksi vagina di masa lalu.
- Pernah kena penyakit menular seksual.
- Alergi atau hipersensitivitas lokal pada kulit.
- Pernah menjalani operasi peremajaan vagina.
- Cedera atau iritasi pada saraf yang mengelilingi daerah vulva.
Gejala Vulvodynia
Vulvodynia kerap dirasakan pada wanita saat ingin melakukan hubungan seksual. Rasa nyeri pada vulva tidak hanya dipicu akibat sentuhan, tetapi nyeri juga muncul tanpa ada reaksi sentuhan dari luar dan dapat bertahan lama.Rasa nyeri pada Vulvodynia seperti rasa ditusuk-tusuk dibarengi rasa seperti terbakar. Selain itu, nyeri saat berhubungan seksual adalah faktor psikologis yang membuat takut dan cemas untuk melakukan hubungan intim.
Bila Anda menderita Vulvodynia, Anda akan merasa takut apabila berhubungan seksual karena mereka yakin rasa nyeri tersebut muncul akibat kontak dengan organ vital penetrasi berlangsung.
Seseorang dengan Vulvodynia kadang merasakan nyeri di daerah vulva, atau mungkin terlokalisasi pada area tertentu, seperti pintu masuk vagina.
Kondisi serupa seperti vestibulitis vulva dapat menyebabkan rasa sakit hanya ketika diberikan tekanan pada daerah sekitar pintu masuk vagina. Jaringan vulva mungkin terlihat meradang atau bengkak, atau kadang juga tampak normal.
Pemeriksaan Vulvodynia
Apabila Anda memiliki gejala Vulvodynia, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat karena Vulvodynia merupakan penyakit dengan atau tanpa kelainan medis yang signifikan.Sebelum dilakukan pemeriksaan, dokter biasanya akan mengumpulkan sebab dari nyeri yang dialami, apakah ada faktor pemicu timbulnya nyeri, lokasi dan intensitas nyeri dan sejak kapan nyeri itu muncul.
Sedangkan pada pemeriksaan organ vital, dokter akan melihat apakah ada kelainan anatomis seperti munculnya benjolan (Bartholin), inflamasi ataupun luka dan cairan putih. Kadang-kadang infeksi dapat mengawali timbulnya rasa nyeri khas Vulvodynia yang berkepanjangan.
Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk mengindikasikan apakah nyeri pada vulva disebabkan oleh bakteri. Tes laboratorium berguna untuk menilai kadar asam (pH) dan mendeteksi adanya sel bakteri atau jamur
Tes dengan hasil negatif dapat membuktikan bahwa nyeri vulva bukan disebabkan oleh infeksi dari penyakit bakterial Vaginosis.
Pengobatan Vulvodynia
Pada dasarnya pengobatan Vulvodynia fokus untuk mengatasi gejalanya. Selain itu, setiap wanita memiliki pengobatan yang berbeda-beda. Pengobatan bisa memerlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.Berikut adalah cara mengobati Vulvodynia yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Bius lokal
Cara mengobati Vulvodynia lainnya adalah dengan salep lidocaine. Cara ini hanya membantu untuk meringankan gejala dengan sementara. Lidocaine baik digunakan 30 menit sebelum berhubungan seksual. Salep ini membuat pasangan mengalami mati rasa sementara.2. Blok saraf
Jika tidak mempan menggunakan bius lokal seperti salep lidocaine, wanita yang mengalami Vulvodynia sudah lama biasanya akan diberi suntikan blok saraf lokal.3. Obat-obatan
Pada umumnya, dokter akan memberikan Anda resep antidepresan, antikonvulsan atau trisiklik untuk membantu mengurangi rasa sakit di vagina. Obat lain yang mungkin diresepkan adalah antihistamin guna mengurangi rasa gatal.Sementara itu, pada wanita yang menginjak masa menopause dan postmenopause (40 tahun keatas), terapi lidocaine ditambah krim estrogen membantu mengurangi rasa nyeri. Apabila nyeri berlangsung hingga 6 bulan atau 1 tahun lebih, maka diperlukan obat penenang (antidepresan).
4. Terapi biofeedback
Terapi digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit akibat Vulvodynia. Penderita akan diajarkan untuk mengendalikan respon pada tubuh. Pada dasarnya, terapi ini bertujuan untuk membuat tubuh lebih rileks sehingga rasa sakit bisa berkurang.Selain itu, biofeedback berguna untuk mengendurkan otot panggul, yang dapat mengantisipasi rasa sakit kontraksi yang ditimbulkannya.
5. Terapi dasar panggul
Otot-otot dasar panggul merupakan otot yang mendukung kandung kemih, usus, dan rahim. Banyak wanita yang mengalami Vulvodynia memiliki masalah dengan otot-otot dasar panggul. Guna memperkuat otot-otot dasar panggul diperlukan latihan-latihan khusus meringankan rasa sakit Vulvodynia.Terapi fisik ini membantu mengatur kontraksi otot panggul ketika Anda berhubungan seksual agar terhindar dari rasa sakit. Meningkatnya tekanan panggul akan menimbulkan rasa nyeri, oleh karena itu terapi dasar panggul dianjurkan untuk melakukan terapi relaksasi seperti manuver kegel.
0 Komentar